Search

Thursday, October 15, 2020

Sampah Luar Angkasa Dekati Bumi

meteor

Di lansir dari CNN Indonesia, Sampah-sampah luar angkasa yang sudah lama menumpuk dilaporkan akan saling bertabrakan. Sampah-sampah itu meluncur untuk saling menabrak dan mendekati bumi pada Jumat (16/10) pukul 00.56 GMT atau 7.56 WIB.

 

    Menurut laporan LeoLabs, perusahaan pelacakan yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS), pertemuan itu akan berlangsung 616 mil (991 kilometer) di atas Samudera Atlantik Selatan yang berlokasi tak jauh dari pantai Antartika. 

 

Mengutip Space, perhitungan terbaru LeoLabs, probabilitas tabrakan lebih dari 10 persen. Angka ini termasuk tinggi mengingat massa gabungan benda-benda itu sekira 6.170 Ibs (2.800 kilogram) dan mereka akan meluncur dengan kecepatan relatif 32.900 mph (52.950 km per jam)

 

"Peristiwa ini terus berisiko sangat tinggi dan kemungkinan akan tetap seperti ini selama waktu pendekatan terjadi," tulis LeoLabs lewat akun twitter.


 Hal yang sama juga disampaikan astronom dan pelacak satelit, Jonathan McDowell. Ia mengidentifikasi dua objek tersebut sebagai Satelit Navigasi Soviet yang telah mati dan dikenal sebagai Parus atau Kosmos 2004 dan roket Stage milik China.

 

Pada Februari 2009, satelit komunikasi operasional Iridium 33 bertabrakan dengan satelit militer Rusia Kosmos 2251 yang telah mati. Tabrakan itu menghasilkan 1.800 keping puing yang dapat dilacak pada Oktober berikutnya.

 

Manusia juga pernah memunculkan awan puing besar secara sengaja pada masa uji antisatelit pada 2007 dan 2019 yang masing-masing dilakukan oleh China dan India. Peristiwa potensi terjadinya tabrakan puing-puing ini akan meningkatkan ancaman bagi penerbangan luar angkasa. 

Melansir Live Science, sampah luar angkasa dari bumi terus bertambah pasca peluncuran Sputnik 1, satelit buatan pertama yang diorbitkan pada Oktober 1957.

 

Laporan tahunan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menyebut semakin banyak objek mati yang memenuhi ruang di dekat Bumi dan meningkatkan risiko tabrakan satu sama lain. Ketika satelit ini saling bertabrakan, mereka akan jatuh dan pecah, menghasilkan lebih banyak lagi puing-puing ruang angkasa.

ESA menegaskan mereka tidak hanya menyaksikan dua satelit besar mati yang hampir bertabrakan, tetapi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) harus melakukan manuver darurat tiga kali untuk menghindari bertabrakan dengan puing-puing ruang angkasa.

 

Kendati demikian menurut laporan ESA, tabrakan tersebut tidak menjadi masalah besar. Dalam 10 tahun terakhir, tabrakan hanya menyebabkan 0,83 persen dari semua peristiwa fragmentasi.

"Penyumbang terbesar masalah puing-puing luar angkasa saat ini adalah ledakan di orbit, yang disebabkan oleh sisa energi bahan bakar dan baterai pesawat ruang angkasa dan roket," kata Holger Krag, Kepala Program Keamanan Luar Angkasa ESA.

Pada Februari 2009, satelit komunikasi operasional Iridium 33 bertabrakan dengan satelit militer Rusia Kosmos 2251 yang telah mati. Tabrakan itu menghasilkan 1.800 keping puing yang dapat dilacak pada Oktober berikutnya.

Manusia juga pernah memunculkan awan puing besar secara sengaja pada masa uji antisatelit pada 2007 dan 2019 yang masing-masing dilakukan oleh China dan India. Peristiwa potensi terjadinya tabrakan puing-puing ini akan meningkatkan ancaman bagi penerbangan luar angkasa. 

 

Melansir Live Science, sampah luar angkasa dari bumi terus bertambah pasca peluncuran Sputnik 1, satelit buatan pertama yang diorbitkan pada Oktober 1957.

Laporan tahunan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menyebut semakin banyak objek mati yang memenuhi ruang di dekat Bumi dan meningkatkan risiko tabrakan satu sama lain. Ketika satelit ini saling bertabrakan, mereka akan jatuh dan pecah, menghasilkan lebih banyak lagi puing-puing ruang angkasa.

 

ESA menegaskan mereka tidak hanya menyaksikan dua satelit besar mati yang hampir bertabrakan, tetapi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) harus melakukan manuver darurat tiga kali untuk menghindari bertabrakan dengan puing-puing ruang angkasa.

 

Kendati demikian menurut laporan ESA, tabrakan tersebut tidak menjadi masalah besar. Dalam 10 tahun terakhir, tabrakan hanya menyebabkan 0,83 persen dari semua peristiwa fragmentasi.

"Penyumbang terbesar masalah puing-puing luar angkasa saat ini adalah ledakan di orbit, yang disebabkan oleh sisa energi bahan bakar dan baterai pesawat ruang angkasa dan roket," kata Holger Krag, Kepala Program Keamanan Luar Angkasa ESA.

 


No comments:

Post a Comment